Rabu, 07 Mei 2014

Strategi Pembelajaran Ekonomi


PEMBAHASAN


Pendekatan Belajar dan Pembelajaran

Pendekatan Ekspositori dan Pendekatan Heuristik
A. Pendekatan Ekspositori
Pendekatan Ekspositori bertolak dari pandangan, bahwa tingkah laku kelas dan penyebaran pengetahuan dikontrol dan ditentukan oleh guru/pengajar. Hakekat mengajar mengajar menurut pandangan ini adalah menyampaikan ilmu pengetahuan kepada siswa.
Komunikasi yang digunakan guru dalam interaksinya dengan siswa, menggunakan komunikasi satu arah atau komunikasi sebagai aksi. Oleh sebab itu kgiatan belajar siswa kurang optimal, sebab terbatas kepada mendengarkan uraian guru, mencatat, dan sekali-sekali bertanya kepada guru.
Dalam pendekatan ekspositori ini Syamsudin Makmun (2003;233) mengemukakan bahwa guru menyajikan bahan dalam bentuk yang telah dipersiapkan secara rapi, sistematik dan lengkap sehingga siswa tinggal menyimak dan mencernanya secara teratur dan tertib.
B. Pendekatan Heuristik
Kata heuristik dari bahasa Yunani yaitu “heuriskein” yang berarti “saya menemukan”. Pengertian ini menurut Rusyan (1993:114) adalah semacam fakta psikologis yang muncul sebagai kodrat manusia yang memiliki nafsu untuk menyelidiki sejak bayi. Metode heuristik ini dipromosikan oleh Professor Amstrong abad ke-19, menurut metode ini peserta didik sendiri yang harus menemukan fakta ilmu pengetahuan. Strategi belajar mengajar heuristik adalah merancang pembelajaran dari berbagai aspekdari pembentukan system intruksional mengarah pada pengaktifan peserta didik mencari dan menemukan sendiri fakta, prinsip, konsep yang mereka butuhkan.
Pendekatan heuristik adalah pendekatan pengajaran yang menyajikan sejumlah data dan siswa diminta untuk membuat kesimpulan menggunakan data tersebut, implementasinya dalam pengajaran menggunakan metode penemuan dan metode inkuiri. Metode penemuan didasarkan pada anggapan, bahwa materi suatu bidang studi tidak saling lepas, tetapi ada kaitan antara materi-materi itu. Sedangkan metode inkuiri adalah para siswanya bebas memilih atau menyusun objek yang dipelajarinya, mulai menentukan masakah, mengumpulkan data, analisis data hingga pada kesimpulannya yaitu anak menemukan sendiri.
Dengan prinsip ini menunjukan bahwa pendekatan heurisrik dapat mendorong peserta didik bersikap berani untuk berpikir ilmiah dan mengembangkan berpikir mandiri.
Kelemahan pendekatan heuristik, antara lain :
1. Titik semua peserrta didik cocok dengan pendekatan ini, kadang-kadang peserta didik lebih senang diberi pelajaran oleh gurunya melalui ceramah dan Tanya jawab.
2. Guru kurang biasa menggunakan pendekatan ini dalam penyelenggaraan di sekolah karena factor kemampuan.
3. Pendekatan ini kurang cocok bagi peserta didik yang lamban.
4. Perlengkapan ini menuntut perlengkapan yang memadai, terutama bagi pekerjaan di laboratorium.
Untuk mengatasinya, maka prosedur heuristik, yang menemukan jawaban dengan cara yang tidak ketat, misalnya menganjurkan murid-murid menemukan jawaban atas masalah yang pelik dengan memikirkan masalah dengan persamaannya yang lebih sederhana atau berpikir analogi, berdasarkan simetri, atau dengan melukiskannya atau membuat diagram. Siswa dibimbing oleh guru agar menemukan sendiri konsep yang dicari, tetapi konsep itu belum tentu diketahui oleh guru sebelumnya.
B.       Pendekatan Kecerdasan
Munzert, A.W. (1994) mengartikan kecerdasan sebagai sikap intelektual mencakup kecepatan memberikan jawaban, penyelesaian, dan kemampuan memecahkan masalah. David Weschler memberikan rumusan tentang kecerdasan sebagai suatu kapasitas umum dari individu untuk bertindak, berfikir rasional dan berinteraksi dengan lingkungan secara efektif. Kecerdasan merupakan salahsatu factor utama yang menentukan sukses gagalnya peserta didik belajar di sekolah.
Berdasarkan test-test intelegensi yang dilaksanakan, Binet mengelompokkan tingkat-tingkat kecerdasan (intelegence Quotion-IQ) seperti berikut ini :
Ø 140-keatas : Jenius
Ø 120-139 : Cerdas sekali/Superior
Ø 110-119 : Cerdas
Ø 90-109 : Sedang/normal/rata-rata
Ø 80-89 : Di bawah rata-rata/lambat belajar
Ø 70-79 : Bodoh/daerah batas
Ø 50-69 : Feeble-mindle/debil/moron
Ø 30-49 : Embisil
Ø -29 : Idiot
Guru cenderung orang yang mempunyai tingkat kecerdasan antarpribadi yang tinggi. Spearman mendefinisikian kecerdasan adalah “intelegence consist of general ability that working conjunction with special abilities”, artinya kapasitas umum meliputi kecepatan merespon setiap stimulus dan kemampuan memecahkan masalah dengan kapasitas khusus dikenal sebagai bakat (aptitude). Howard Gardner, psikologi yang membantu pelaksanaan riset tersebut, mengganggap kecerdasan sebagai kemampuan memecahkan masalah atau menciptakan produk (Goleman, 1999:50). Ia mewariskan daftar berikut yang memuat delapan bentuk kecerdasan :
1. Kecredasan verbal/bahasa (verbal linguistic intelligence). Bentuk kecerdasan ini dinampakkan oleh kepekaan akan makna dan urutan kata serta kemampuan membuat beragam penggunaan bahasa untuk menyatakan dan memakai arti yang kompleks.
2. Keceerdasan logika/matematika-logis (logical-mathematical intelligence). Bentuk kecerdasan ini termasuk yang paling mudah distandarisasikan dan diundur, kecerdasan ini sebagai pikiran analitik dan sainstifik, dan bias melihatnya dalam diri ahli sains dan program computer, akuntansi, banker, dan tentu saja ahli matematika, mereka semua pemecah masalah dan pemain hebat.
3. Kecerdasan special/visual(visual-spatial intelligence). Kecerdasan ini umumnya terampil menghasilkan imaji mental dan menciptakan representasi grafis, mereka sanggup berpikir tiga dimensi, mampu mencipta ulang dunia visual.
4. Kecerdasan tubuh/kinestetik (kinesthetic intelligence). Kecerdasan ini memungkinkan terjadinya hubungan antara pikiran dan tubuh yang diperlukan untuk berhasil dalam aktivitas-aktivitas seperti menari, melakukan pantomim, berolahraga, menguasai seni beladiri, dan memainkan drama.
5. Kecerdasan musical/ritmik (musical intelligence). Seseorang dengan bentuk kecerdasan ini mendengarkan pola music dan ritmik secara natural dan kemudian dapat memproduksinya.
6. Kecerdasan interpersonal (interpersonal intelligence). Kecerdasan ini wajib dimiliki bagi tugas-tugas di tempat kerja seperti negoisasi dan menyediakan umpan balik atau evaluasi.
7. Kecerdasan intrapersonal (intrapersonal intelligence). Yaitu kemampuan untuk memahami dan mengartikulasikan cara kerja terdalam dari karakter dan kepribadian.
8. Kecerdasan spiritual ini bersifat sementara. Bentuk kecerdasan ini dapat dipandang sebagai sebuah kombinasi dari kesadaran kecerdasan interpersonal dan kecerdasan intrapersonal dengan sebuah komponen “nilai” yang ditambahkan padanya. Kecerdasan spiritual (spiritual intelligence) menurut Zohar dan marshall (2000) berkenaan dengan kecepatan internal, bawaan dari otak dan psikis manusia, menggambarkan sumber yang paling dalam dari hati semesta itu sendiri. Kecredasan spiritual disebut juga kecerdasan rohaniah. Pendekatan kontekstual
Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru yang mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyatas siswa dan mendorong siswa dan membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dalam penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menurut Nurhadi (2003) dilakukan dengan melibatkan komponen utama pembelajaran yang efektif yakni:
a. Kontruktivisme (Contruktivism)
Kontruktivisme (Contruktivism) merupakan landasan berfikir (filosofi) pendekatan kontekstual, yaitu pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak dengan tiba-tiba.
Esensi dari teori kontruktivisme adalah bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompeks ke situasi lain, dan apoabila dikehendaki informasi itu menjadi milik mereka sendiri.
b. Bertanya (Questioning)
Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk :
Ø Menggali informasi, baik administrasi maupun akademis.
Ø Mengecek pemahaman siswa.
Ø Membangkitkan respon pada siswa.
Ø Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa.
Ø Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa.
Ø Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru.
Ø Untuk membangkitkan lebih banyak pertanyaan dari siswa.
Ø Untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
c. Menemukan (inqury)
Menemukan merupakan kegiatan inti dari kegiatan pembelajaran menggunakan pendektan kontekstual. Siklus inquiri adalah :
Ø Observasi (observation)
Ø Bertanya (question)
Ø Mengajukan dugaan (hipotesis)
Ø Pengumpulan data (data gathering)
Ø Penyimpulan (conclusion)
Kata kunci dari strategi inquiry adalah siswa menemukan sendiri, adapun langkah-langkah siswa menemukan sendiri adalah :
Ø Merumuskan masalah dalam mata pelajaran apapun.
Ø Mengganti atau melakukan observasi.
Ø Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, table, dan karya lainnya.
Ø Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru, atau audience lainnya.
d. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan oranglain. “Masyarakat belajar” bias terjadi apabila ada komunikasi satu arah.
e. Pemodelan (Modeling)
Dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu ada model yang bias ditiru. Model itu, memberi peluang yang besar bagi guru untuk memberi contoh cara mengerjakan sesuatu, dengan begitu guru member model tentang bagaimana cara belajar.
f. Refleksi (refelcion)
Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berfikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan dalam hal belajar di masa yang lalu. Pengetahuan yang bermakna diperolaeh dari proses belajar.
g. Penilaian sebenarnya (authentic assessment)
Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Pembelajaran seperti pada kegiatan evaluasi hasil belajar seperti formatif dan sumatif, tetapi dilakukan bersama dengan cara terintegrasi, yaitu tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
Karakteristik authentic assessment adalah:
Ø Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung.
Ø Bisa digunakan untuk formatif atau sumatif.
Ø Yang diukur keterampilan dan performansi, bukan henya mengingat fakta.
Ø Berkesinambungan.
Ø Terintregasi.
Ø Dapat digunakan sebagai feedback.
Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan konstekstual, jika menerapkan komponen utama pembelajaran efektif ini dalam pembelajarannya.langkah-langkah penerapan pendekatan kontekstual adalah :
Ø Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan berunya.
Ø Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua pokok bahasan.
Ø Mengembangan sikap ingin tahu siswa dengan bertanya.
Ø Menghadirkan model sebagai pembelajaran.
Ø Melakukan refleksi diakhir pertemuan.
Ø Melskukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar